Masfim.com » Alasan Pesawat Terbang Bisa Mengalami Kecelakaan. Pada setiap terjadinya kecelakaan pesawat terbang, semua orang akan segera bertanya, apa gerangan yang menjadi penyebabnya. Sebagai produk dari hasil teknologi mutakhir, konon pesawat terbang adalah moda transportasi yang paling aman di dunia. Namun timbul sebuah masalahnya, mengapa kecelakaan kerap terjadi.
Mungkin tidak begitu banyak yang memahami bahwa pada setiap produk teknologi mutakhir ada sebuah mekanisme yang harus dikerjakan dalam pengoperasiannya. Mekanisme yang tidak bisa ditawar-tawar atau di kompromikan sekecil apapun. Itu sebabnya maka dalam dunia penerbangan tuntutan akan kepatuhan terhadap aturan ketentuan regulasi dan prosedur tidak mengenal kompromi. Begitu ada ketentuan, prosedur atau regulasi yang dilanggar, maka hal itu sudah cukup memberikan peluang besar bagi datangnya musibah alias kecelakaan yang sangat tidak kita inginkan.
|
pesawat terbang : liputan6 |
Untuk menjelaskan tentang hal ini, maka dapat diuraikan sebuah contoh dari kecelakaan Air Asia yang terjadi beberapa waktu yang lalu. Pada awal saat terjadinya kecelakaan, karena lokasi dan waktu itu memang sedang berada dalam keadaan cuaca yang kurang bagus, maka dengan cepat berkembang persepsi bahwa kecelakaan terjadi karena faktor cuaca.
Satu kesimpulan yang dikenal sebagai kesimpulan yang “jump to conclusion”. Karena pada hakikatnya sebuah kecelakaan pesawat terbang tidak akan pernah diketahui apa yang menjadi penyebabnya, sebelum proses investigasi selesai dilakukan.
Dengan contoh kecil dari kecelakaan pesawat terdahulu maka sekali lagi menjadi jelas bahwa dalam mengoperasikan penerbangan yang sangat erat dengan kemajuan teknologi memang dibutuhkan disiplin yang tinggi dalam mematuhi segala aturan, ketentuan, regulasi dan prosedur kerja yang berlaku tanpa adanya kompromi maupun toleransi.
Sedikit saja terjadi penyimpangan maka itu berarti sudah membuka pintu bagi kemungkinan terjadinya kecelakaan dalam pengoperasiannya. Besar harapan, semua pihak yang terkait dapat segera memahami kekurangan masing-masing untuk segera disempurnakan demi menciptakan rasa aman, nyaman dan ketepatan.
Untuk dapat merangkum dari semua kejadian non teknis penyebab pesawat terbang dapat mengalami kecelakaan maka berikut ini ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan pesawat terbang bisa mengalami kecelakaan sewaktu terbang :
1. Angin
Angin yang berembus dari atas, belakang atau samping bisa membuat pesawat terbalik karena angin punya kemampuan untuk menghilangkan udara dari sekitar sayap pesawat. Dalam kasus seperti ini, pesawat akan kehilangan kecepatan saat berada di ketinggian tertentu. Yang paling berbahaya dari fakta seperti ini adalah microburst: aliran udara yang mendadak, kuat, dan terlokalisasi. Awak pesawat di seluruh dunia menjalani pelatihan ekstensif untuk mengahadapi microburst karena akibatnya sangat fatal bagi pesawat yang mendarat atau lepas landas.
2. Perangkat Lunak
Saat ini pesawat mengandalkan pendaratan otomatis ketika jarak pandang pilot hanya 75 meter -- biasanya di malam hari dan cuaca berkabut. Teknologi benar-benar mengambil alih "penglihatan" ketika mata manusia tidak mampu melakukannya.
Sebagai contoh, pada 14 September 1993, kecelakaan pesawat menimpa Lufthansa A320-211. Pesawat milik maskapai penerbangan Jerman ini mengalami kecelakaan di bandara Warsawa, Polandia, setelah melewati landasan pacu saat ingin mendarat.
Kecelakaan pesawat dengan nomor penerbangan 2904 tersebut memakan dua korban jiwa, satu kru dan satu penumpang.
Penyebabnya yaitu pesawat menabrak bukit di ujung landasan Bandara Chopin Warsawa, Polandia.
Saat mendekati landasan pacu (runway) 11, area sekitar dinyatakan aman untuk mendarat (clear). Namun mereka mendapat peringatan tentang angin yang mendadak berubah. Setelahnya, hujan turun.
Saat mendarat, roda-roda pesawat meluncur di atas landasan yang basah dan cenderung licin.
Di satu sisi, komputer pesawat masih terprogram untuk penerbangan di udara, dengan demikian A320-211 menonaktifkan sistem pengeremannya.
Pilot yang melihat posisi pesawat tak pas dengan landasan pacu, memutuskan untuk mengarahkan pesawat ke kanan. Terlambat, pesawat telah menabrak bukit. Si jago merah mulai berkobar di sayap kiri dan menembus kabin penumpang.
3. Bahasa
Bahasa Inggris adalah bahasa standar yang diterapkan di seluruh industri penerbangan. Namun, aksennya bisa disalahpahami. Miskomunikasi antara pilot dan petugas menara kontrol dapat menyebabkan kecelakaan fatal, terutama saat mendarat. Situasi ini semakin sulit ketika jarak pandang dibatasi oleh para pilot itu sendiri.
4. Faktor Kelelahan Sang Pilot
Biasanya, seorang pilot mengalami kelelahan karena jam kerja yang tidak dapat diprediksi, masa tugas yang panjang, dan kurang tidur. Terjaga selama 17 jam tanpa henti setara seperti darah yang mengandung alkohol 0,5%. Selain itu, pilot harus berkonsentrasi penuh, terutama selama tiga menit saat akan lepas landas atau mendarat, karena 80% dari semua kecelakaan terjadi dalam situasi ini.
Pilot harus memegang kendali pesawat dengan tangannya sendiri dan mematikan mode autopilot. Selain itu, seorang pilot juga harus benar-benar berkonsentrasi pada dini hari sekitar pukul 03.00, yang mana menjadi titik rendah fisiologis tubuh. Pilot memiliki waktu pergantian (shift) yang berlangsung hingga 20 jam -- lebih lama dari pengemudi truk. Survei NASA mengungkapkan, 70% pilot pesawat AS tertidur di kokpit setidaknya sekali selama penerbangan. Juga setidaknya, satu pilot cadangan harus selalu terjaga di kokpit.
5. Bunuh Diri Sang Pilot
Pilot adalah orang yang harus bertanggungjawab mengendalikan pesawat dan segala sesuatu yang berhubungan dengan burung besi. Namun, beberapa kasus menunjukkan pilot melakukan bunuh diri saat pesawat sedang terbang. Misalnya, pada tahun 1999 kasus EgyptAir Flight 990. Co-pilot secara sadar menabrakkan pesawat ke Samudra Atlantik, sementara sang kapten tidak ada.
Pada tahun 1982, kasus Japan Airlines Flight 350, kapten yang mengalami gangguan mental mencoba bunuh diri dengan membalikkan pesawat, padahal pesawat itu dekat dengan landasan pacu. Akibatnya, 24 dari 174 penumpang tewas. Dalam kasus Germanwings Flight 9525 (Airbus A320-200), co-pilot Andreas Lubitz mengunci pilot dari kabin dan menabrakkan pesawat dengan sengaja. Akibatnya, maskapai penerbangan ini harus mengadopsi aturan baru pasca insiden tersebut: setidaknya dua personel berwenang harus disertakan dalam kokpit pesawat.
6. Serangan Rudal
Pesawat penumpang bisa dihantam rudal ainti-pesawat dari tanah atau laut. Pesawat penumpang tidak mampu menghindari atau melakukan serangan balasan terhadap rudal, karena berat dan volumenya. Jika rudal menghantam bagian sayap, pesawat akan meledak di udara karena di situlah letak bahan bakar. Pesawat komersial tidak memiliki sistem untuk melacak rudal, jadi satu-satunya peluang pilot untuk berjaga-jaga adalah melihat rudal yang datang dari tanah.
Sistem pelacak radar surface to air missile (SAM), seperti SA-11, dianggap berbahaya bagi pesawat sipil, karena mereka terbang dengan kecepatan dan ketinggian yang stabil. Selain itu, pesawat sipil yang terbang di ketinggian ribuan kaki lebih mudah terdeteksi oleh radar SAM. Pada 17 Juli 2014, Malaysia Airlines Flight 17, sebuah Boeing 777-200ER, terbang dari Amsterdam ke Kuala Lumpur, ditabrak oleh rudal Buk milik Soviet di dekat Donetsk, Ukraina. Seluruh penumpang, total 283 orang, dan 15 awak dilaporkan tewas seketika. Delapan puluh di antaranya adalah anak-anak.
Demikianlah ulasan dari kami seputar alasan dan beberapa faktor yang bisa menyebabkan pesawat terbang bisa mengalami kecelakaan. Semoga dengan adanya beberapa musibah yang telah terjadi bisa meningkatkan rasa iman kita kepada Allah SWT dan lebih mendekatkan diri kepada Nya bahwa maut tidak ada yang tahu dan butuh banyak persiapan sebelum hal tersebut terjadi.
Masfim dot Com | Sumber : sains.kompas.com & liputan6.com.
Judul : Alasan Pesawat Terbang Bisa Mengalami Kecelakaan.